Setelah berhasil masuk dalam mimpi, lalu akan menyinggahi
hati?
Aku mulai khawatir. Setiap hari, kecuali sabtu dan minggu.
Jendela seperti bujur sangkar yang memanggil tuk dipandang. Persegi yang
dilewati bayu dan khayal. Mengantarkan banyak mimpi menuju ruang angkasa.
Bujur sangkar dari besi itu. Bujur sangkar yang tepat di
tengahnya tercetak senyummu.
Canda, tawa, decakmu yang hinggap di telinga. Menggelitik
jiwa tuk ikutserta gembira. Sesekali melafalkan namaku, menoleh dan tertawa. Senyum
yang persis dengan ayahmu.
Dan kau tak pernah tau bukan,
Bukan hijau daun segar yang memanggil pandang lewati jendela. Tapi kamu, yang selalu duduk di sana memandangi cerita si papan hitam.
Bukan hijau daun segar yang memanggil pandang lewati jendela. Tapi kamu, yang selalu duduk di sana memandangi cerita si papan hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar