Sabtu, 07 Juni 2014

Kucing rumah.

Seekor kucing rumahan berjalan-jalan keluar. melihat dunianya yang sebesar sudut sebuah kota.
Di tikungan ia bertemu anjing liar, bertukar pikiran dan jatuh cinta.
Sesaat setelah berjalan kucing melihat tikus, refleks ia lari mengejar. Wajarlah, naluri seekor kucing.
Setelah lelah berlari, kucing kembali pada anjing tanpa membawa tikus yang diincarnya tadi.
Tiba-tiba anjing membentak geram. Merasa ditinggalkan, dilecehkan sebagai seekor anjing jantan liar yang garang. Merasa martabatnya lebih tinggi dibanding kucing betina rumahan yang baru keluar melihat dunia.
Kucing ditinggalkan, dan kembali berjalan sendiri.

Sehari sudah ia berjalan, tak banyak yang dilihatnya.
Banyak manusia jahat, sedikit lainnya hanya sesekali menoleh, entah tergolong baik apa biasa-biasa saja.
Kucing berhenti sebentar mengendus-ngendus kelaparan.
Datanglah seekor ayam, memandang kasihan dan menawarkan makanan.
Namun kucing bukan herbifora kan. Ia menolak dan berjalan lagi mencari makan.

Lama sudah perjalanan, rasanya hampir seluruh sudut sudah ia jejaki.
Ia ingin pulang ke rumah.
Saat berbalik, yang dilihatnya adalah tempat asing yang sesak oleh tawa. hingar-bingar kota menegangkan matanya. Kendaraan riuh, dengan egois lewat, menciprati tubuh kucing dengan genangan air.
Kucing tak lagi terlihat cantik. Kini ia kumuh, tak terawat, dan semakin merindukan rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar