Kembali pada masa lalu bukanlah pilihan.
Seperti air yang tak hilang dari bumi. Yang terus mengalir, terbendung, menguap, jatuh, dan mengalir lagi.
Masa depan hanya masa lalu yang becermin. Begitulah masa yang terus menyinggahi waktu.
Masa depan, masa lalu, masa kini. Sekat-sekat maya yang kita ciptakan sendiri.
Yang ada hanya kini. Sekarang, kita disini.
Rabu, 11 Desember 2013
Kamis, 05 Desember 2013
Kertas bergaris kosong.
Aku
merasa tak ubahnya sepetak tanah tandus yang keriput. Sepetak tanah yang
sibuk mengukur luas hingga lupa pada kehidupan. Sekarat.
Enam bulan. Enam bulan aku tidak belajar! Bahkan tak mengerti apa yang sedang kutekuni.
Segalanya hanya candaan yang mampir masuk kepala dan kemuadian terbirit-birit dikejar tanggungjawab.
Akulah aktor yang naik keatas panggung. Terus berbicara menciptakan busa, hingga terengah, terperangah!
Orang tua dan sahabat mendekat dari ujung gelap. Dari sudut yang sudah lama tak kupandang. Hampir ditinggalkan.
Mereka menamparku dengan kenyataan enam bulan ini.
Apa yang aku tekuni, yang kupelajari?
Cermin kecewa memantulkanku. Tidak muat lagi sesalku untuk yang lalu.
Tapi aku masih berusaha. Jangan marah, aku tidak apa-apa.
Hanya perlu memperbaiki yang sudah retak, menambal yang berlubang.
Mengulang apa yang seharusnya tak perlu Terulang!
Bodoh.
Enam bulan. Enam bulan aku tidak belajar! Bahkan tak mengerti apa yang sedang kutekuni.
Segalanya hanya candaan yang mampir masuk kepala dan kemuadian terbirit-birit dikejar tanggungjawab.
Akulah aktor yang naik keatas panggung. Terus berbicara menciptakan busa, hingga terengah, terperangah!
Orang tua dan sahabat mendekat dari ujung gelap. Dari sudut yang sudah lama tak kupandang. Hampir ditinggalkan.
Mereka menamparku dengan kenyataan enam bulan ini.
Apa yang aku tekuni, yang kupelajari?
Cermin kecewa memantulkanku. Tidak muat lagi sesalku untuk yang lalu.
Tapi aku masih berusaha. Jangan marah, aku tidak apa-apa.
Hanya perlu memperbaiki yang sudah retak, menambal yang berlubang.
Mengulang apa yang seharusnya tak perlu Terulang!
Bodoh.
Kamis, 28 November 2013
Selamat Pulang
Jika waktu dapat berputar kembali, hanya siang itu yang ingin aku kunjungi.
Saat itu, aku masih preman yang tak tau malu. Masih kekanak-kanakkan
dan sulit menangkap arti tatapan.
Tapi kamu menyambutku dengan senyuman. Entah karena apa.
Esok aku kan pulang. Dengan berbeda namun rasa yang sama. Mengunjungi siang-siang
yang merindukan sapa. Aku tak sabar dinanti di bandara. Menginjak kembali tanah
kelahiran yang penuh hiasan. Kenangan yang kita rangkai di tiap sudutnya.
Kali ini, aku ingin kita benar-benar bersua. Setelah bertahun-tahun
tak saling memandang mata. Aku ingin kamu memelukku lebih kencang. Sedikit lebih
lama dan dalam.
Tak ada yang berubah bukan? Katakan bahwa udara masih penuh dengan cinta.
Tak ada yang berubah bukan? Katakan bahwa udara masih penuh dengan cinta.
Rabu, 27 November 2013
Stak
Biar sebentar kurebah di sini. Menatap langit di celah rimbun hijau menari.
Sebelum kau sapu hati kering yang gugur ini, sampaikan salamku pada dahan. Pada kumbang musim depan yang takkan kutemu lagi.
Pada bayu dan mentari. Petang dan terik.
Langit, kini saatku pulang ke bumi.
Sebelum kau sapu hati kering yang gugur ini, sampaikan salamku pada dahan. Pada kumbang musim depan yang takkan kutemu lagi.
Pada bayu dan mentari. Petang dan terik.
Langit, kini saatku pulang ke bumi.
Hati
Judul di atas yang tak terkurung.
Ini bukan tentang buku diary yang penuh hanya dengan sebuah cerita.
Berbuku-buku ruang di hati, bukan hanya tentang malam saja. Gelas, bunga, wine, dan cahaya lilin tak semata mengisi meja.
Aku tak sengaja duduk di sini. Dengan dua kursi lain melingkari meja ini.
4 sept '13
Ini bukan tentang buku diary yang penuh hanya dengan sebuah cerita.
Berbuku-buku ruang di hati, bukan hanya tentang malam saja. Gelas, bunga, wine, dan cahaya lilin tak semata mengisi meja.
Aku tak sengaja duduk di sini. Dengan dua kursi lain melingkari meja ini.
4 sept '13
Jumat, 22 November 2013
Jendela Bujur Sangkar.
Setelah berhasil masuk dalam mimpi, lalu akan menyinggahi
hati?
Aku mulai khawatir. Setiap hari, kecuali sabtu dan minggu.
Jendela seperti bujur sangkar yang memanggil tuk dipandang. Persegi yang
dilewati bayu dan khayal. Mengantarkan banyak mimpi menuju ruang angkasa.
Bujur sangkar dari besi itu. Bujur sangkar yang tepat di
tengahnya tercetak senyummu.
Canda, tawa, decakmu yang hinggap di telinga. Menggelitik
jiwa tuk ikutserta gembira. Sesekali melafalkan namaku, menoleh dan tertawa. Senyum
yang persis dengan ayahmu.
Dan kau tak pernah tau bukan,
Bukan hijau daun segar yang memanggil pandang lewati jendela. Tapi kamu, yang selalu duduk di sana memandangi cerita si papan hitam.
Bukan hijau daun segar yang memanggil pandang lewati jendela. Tapi kamu, yang selalu duduk di sana memandangi cerita si papan hitam.
Senin, 18 November 2013
Pria Ceria Dengan Hangatnya.
Gelap lebih pekat dari hitam. Sepi menjalar dari sudut yang
lenyap.
Memenuhi hidup dengan semu dan resah. Mencari jawaban tanpa tanya dan masalah. Mendalami yang mereka sebut kehampaan. Artinya hidup.
Memenuhi hidup dengan semu dan resah. Mencari jawaban tanpa tanya dan masalah. Mendalami yang mereka sebut kehampaan. Artinya hidup.
Seorang pria menyeruak di tengah petang. Membabat sepi dengan
senyum gagahnya. Mengusir semu dan resah ke masa silam. Pria itu hadir melewati
subuh dan petang. Berdiri kokoh tak tergoyah jaman. Masih tampan dengan
kelembutan dan penghargaannya pada jelita. Menjadikan manusia merasa ada di
sisinya.
Pria dengan keyakinan di matanya, menatap dengan tajam tepat
di depan. Menawar berani untuk didermakan. Meleburkan seni dan keindahan dalam
relung setiap insan.
Pelan gelap tercerai-berai,biar terang mengambil tempat.
Menarik diri dari dunia.
Pria dengan ceria masih berdiri dengan baju putihnya. Menyambut risau dengan tenang dan keteguhan.
Pria yang jatuhkan cinta jelita dalam hangat peluknya.
Kamis, 14 November 2013
Tak Luput.
Aku melalui 3 hari yang luar biasa. Tiga hari dengan sebuah
lingkaran banyak hati.
Sulit dimengerti? Ini memang hanya bahasaku sendiri. Tentang
bagaimana aku bertemu macam-macam pribadi. Menemukan diri, dan Seni.
Hari ini sedikit berbeda dari kemarin. Ada yang menggelitik.
Menyengat di sudut hati.
Tidak dapat kujejakkan kata disini. Hanya saja aku tetap yakin, selalu ada esok untuk temu dan senyum lagi.
Tidak dapat kujejakkan kata disini. Hanya saja aku tetap yakin, selalu ada esok untuk temu dan senyum lagi.
Rabu, 06 November 2013
Gadis Pengubur Lelah
Seorang gadis terduduk di sudut kamar. Mengubur lelahnya
dalam-dalam.
Merefleksikan bagaimana dunia mencobainya, menyerangnya
dengan selusin tanggungjawab yang datang berbarengan. Dengan dalih prinsip dan
sosial, ia berdiri lagi menghadang. Menangkis kegagalan yang ingin menerobos
gawang dirinya.
Seorang gadis sedang coba menaklukkan dunia kecil dalam
dirinya. Memendam keinginan untuk bersama teman-teman. Menyusuri jalan di
antara bukit dan jurang.
Ia masih juga merengkuh pundak mereka yang lelah, pesimis, kelu, dan ingin menyerah. Walau ia tau istirahat bukan sekedar keinginan bagi tubuhnya. Kebutuhan.
Ia masih juga merengkuh pundak mereka yang lelah, pesimis, kelu, dan ingin menyerah. Walau ia tau istirahat bukan sekedar keinginan bagi tubuhnya. Kebutuhan.
Kini gadis kuat itu butuh sandaran. Untuk sebentar saja
meletakkan lelah dan tanggungjawab di sampingnya. Bukan niat membuang atau
mengabaikan, ia mengelus sayang bongkahan keringatnya.
Ia tau dunia takkan padamkan
semangat dalam relung jiwanya. Suatu yang lebih teguh dari niat dan impian.
Sumpah.
Kini ia butuh sandaran segera, seiring penantian yang
berjalan pelan-pelan dan semakin jauh tinggalkan.
Ya, hanya pria kuat yang dapat menjadi sandaran kepala si gadis pengubur lelah.
Ya, hanya pria kuat yang dapat menjadi sandaran kepala si gadis pengubur lelah.
Hanya pria kuat.
Selasa, 05 November 2013
Aroma entah
Kekasihku menyukai aroma hujan yang terbawa angin. Yang tadi
menerpa kami saat berteduh dari tangisan langit.
Dengan wajah yang sendu sekali ia menarik nafas dalam-dalam. Seakan berusaha penuhi kantong udara dalam tubuhnya dengan bau kesukaannya itu. Menghabiskannya hingga tak seorangpun lagi dapat memiliki sedikit aroma hujan di dalam ruang.
Aku mendengar dan mencoba menangkap arti dari frasanya. Memamah dan mengeluarkannya lagi di balik kertas.
Apa artinya kasih? Aku menemukan yang berbeda padamu di dua lembar hari ini.
Dengan wajah yang sendu sekali ia menarik nafas dalam-dalam. Seakan berusaha penuhi kantong udara dalam tubuhnya dengan bau kesukaannya itu. Menghabiskannya hingga tak seorangpun lagi dapat memiliki sedikit aroma hujan di dalam ruang.
Aku mendengar dan mencoba menangkap arti dari frasanya. Memamah dan mengeluarkannya lagi di balik kertas.
Apa artinya kasih? Aku menemukan yang berbeda padamu di dua lembar hari ini.
Langganan:
Postingan (Atom)