Jumat, 22 November 2013

Jendela Bujur Sangkar.



Setelah berhasil masuk dalam mimpi, lalu akan menyinggahi hati?

Aku mulai khawatir. Setiap hari, kecuali sabtu dan minggu. Jendela seperti bujur sangkar yang memanggil tuk dipandang. Persegi yang dilewati bayu dan khayal. Mengantarkan banyak mimpi menuju ruang angkasa.

Bujur sangkar dari besi itu. Bujur sangkar yang tepat di tengahnya tercetak senyummu.

Canda, tawa, decakmu yang hinggap di telinga. Menggelitik jiwa tuk ikutserta gembira. Sesekali melafalkan namaku, menoleh dan tertawa. Senyum yang persis dengan ayahmu.

Dan kau tak pernah tau bukan,
Bukan hijau daun segar yang memanggil pandang lewati jendela. Tapi kamu, yang selalu duduk di sana memandangi cerita si papan hitam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar