Kamis, 28 November 2013

Selamat Pulang


Jika waktu dapat berputar kembali, hanya siang itu yang ingin aku kunjungi.
Saat itu, aku masih preman yang tak tau malu. Masih kekanak-kanakkan dan sulit menangkap arti tatapan.
Tapi kamu menyambutku dengan senyuman. Entah karena apa.
 
Esok aku kan pulang. Dengan berbeda namun rasa yang sama. Mengunjungi siang-siang yang merindukan sapa. Aku tak sabar dinanti di bandara. Menginjak kembali tanah kelahiran yang penuh hiasan. Kenangan yang kita rangkai di tiap sudutnya.
Kali ini, aku ingin kita benar-benar bersua. Setelah bertahun-tahun tak saling memandang mata. Aku ingin kamu memelukku lebih kencang. Sedikit lebih lama dan dalam.
Tak ada yang berubah bukan? Katakan bahwa udara masih penuh dengan cinta.

Rabu, 27 November 2013

Stak

Biar sebentar kurebah di sini. Menatap langit di celah rimbun hijau menari.
Sebelum kau sapu hati kering yang gugur ini, sampaikan salamku pada dahan. Pada kumbang musim depan yang takkan kutemu lagi.
Pada bayu dan mentari. Petang dan terik.

Langit, kini saatku pulang ke bumi.

Hati

Judul di atas yang tak terkurung.
Ini bukan tentang buku diary yang penuh hanya dengan sebuah cerita.
Berbuku-buku ruang di hati, bukan hanya tentang malam saja. Gelas, bunga, wine, dan cahaya lilin tak semata mengisi meja.
Aku tak sengaja duduk di sini. Dengan dua kursi lain melingkari meja ini.

4 sept '13

Jumat, 22 November 2013

Jendela Bujur Sangkar.



Setelah berhasil masuk dalam mimpi, lalu akan menyinggahi hati?

Aku mulai khawatir. Setiap hari, kecuali sabtu dan minggu. Jendela seperti bujur sangkar yang memanggil tuk dipandang. Persegi yang dilewati bayu dan khayal. Mengantarkan banyak mimpi menuju ruang angkasa.

Bujur sangkar dari besi itu. Bujur sangkar yang tepat di tengahnya tercetak senyummu.

Canda, tawa, decakmu yang hinggap di telinga. Menggelitik jiwa tuk ikutserta gembira. Sesekali melafalkan namaku, menoleh dan tertawa. Senyum yang persis dengan ayahmu.

Dan kau tak pernah tau bukan,
Bukan hijau daun segar yang memanggil pandang lewati jendela. Tapi kamu, yang selalu duduk di sana memandangi cerita si papan hitam.



Senin, 18 November 2013

Pria Ceria Dengan Hangatnya.



Gelap lebih pekat dari hitam. Sepi menjalar dari sudut yang lenyap.
Memenuhi hidup dengan semu dan resah. Mencari jawaban tanpa tanya dan masalah. Mendalami yang mereka sebut kehampaan. Artinya hidup.

Seorang pria menyeruak di tengah petang. Membabat sepi dengan senyum gagahnya. Mengusir semu dan resah ke masa silam. Pria itu hadir melewati subuh dan petang. Berdiri kokoh tak tergoyah jaman. Masih tampan dengan kelembutan dan penghargaannya pada jelita. Menjadikan manusia merasa ada di sisinya.
Pria dengan keyakinan di matanya, menatap dengan tajam tepat di depan. Menawar berani untuk didermakan. Meleburkan seni dan keindahan dalam relung setiap insan.

Pelan gelap tercerai-berai,biar terang mengambil tempat. Menarik diri dari dunia.

Pria dengan ceria masih berdiri dengan baju putihnya. Menyambut risau dengan tenang dan keteguhan.
Pria yang jatuhkan cinta jelita dalam hangat peluknya.


Kamis, 14 November 2013

Tak Luput.



Aku melalui 3 hari yang luar biasa. Tiga hari dengan sebuah lingkaran banyak hati.
Sulit dimengerti? Ini memang hanya bahasaku sendiri. Tentang bagaimana aku bertemu macam-macam pribadi. Menemukan diri, dan Seni.
Hari ini sedikit berbeda dari kemarin. Ada yang menggelitik. Menyengat di sudut hati.
Tidak dapat kujejakkan kata disini. Hanya saja aku tetap yakin, selalu ada esok untuk temu dan senyum lagi.

Rabu, 06 November 2013

Gadis Pengubur Lelah



Seorang gadis terduduk di sudut kamar. Mengubur lelahnya dalam-dalam.
Merefleksikan bagaimana dunia mencobainya, menyerangnya dengan selusin tanggungjawab yang datang berbarengan. Dengan dalih prinsip dan sosial, ia berdiri lagi menghadang. Menangkis kegagalan yang ingin menerobos gawang dirinya.

Seorang gadis sedang coba menaklukkan dunia kecil dalam dirinya. Memendam keinginan untuk bersama teman-teman. Menyusuri jalan di antara bukit dan jurang.
Ia masih juga merengkuh pundak mereka yang lelah, pesimis, kelu, dan ingin menyerah. Walau ia tau istirahat bukan sekedar keinginan bagi tubuhnya. Kebutuhan.

Kini gadis kuat itu butuh sandaran. Untuk sebentar saja meletakkan lelah dan tanggungjawab di sampingnya. Bukan niat membuang atau mengabaikan, ia mengelus sayang bongkahan keringatnya. 
Ia tau dunia takkan padamkan semangat dalam relung jiwanya. Suatu yang lebih teguh dari niat dan impian. Sumpah.

Kini ia butuh sandaran segera, seiring penantian yang berjalan pelan-pelan dan semakin jauh tinggalkan.
Ya, hanya pria kuat yang dapat menjadi sandaran kepala si gadis pengubur lelah. 
Hanya pria kuat.


Selasa, 05 November 2013

Aroma entah



Kekasihku menyukai aroma hujan yang terbawa angin. Yang tadi menerpa kami saat berteduh dari tangisan langit.
Dengan wajah yang sendu sekali ia menarik nafas dalam-dalam. Seakan berusaha penuhi kantong udara dalam tubuhnya dengan bau kesukaannya itu. Menghabiskannya hingga tak seorangpun lagi dapat memiliki  sedikit aroma hujan di dalam ruang.
Aku mendengar dan mencoba menangkap arti dari frasanya. Memamah dan mengeluarkannya lagi di balik kertas.
Apa artinya kasih? Aku menemukan yang berbeda padamu di dua lembar hari ini.