Beberapa saat lalu, aku memang terlanjur lelah.
Terlalu sering marah dan menjadi kesal.
Kamu memang tidak salah. Bukan petaka untuk jatuh cinta.
Makanya, aku memilih untuk istirahat. Menulis akan
mengingatkanku pada, ah sudahlah.
Kita berungkap pada media yang sama, saling tau dan
membaca.
Adalah hal gila jika pura-pura tak terluka.
Hingga akhirnya kembali melamuni nyala layar ini. Mendaratkan
satu-satu jentik pada kotak hitam berderet kecil. Setelah sekian lama tidak
melukai diri dengan mencerna karya syahdumu.
Dan ya, sudah terduga.
Tidak ada yang berubah, kata-katamu masih tetap
menyerang. Bahkan lebih dalam.
berduri, tajam.
Apa yang disebut ini? Perang rasa? Kata? atau yang lebih
cerdas lagi, “Perang kognitif”?
Dengan diri sendiri.
Aku tak bisa berhenti terluka, ketika menatap silau
kata-katamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar