Senin, 17 Februari 2014

Bersambung.

"Siapa alasan dari lengkung di wajahmu? Siapakah yang terpantul dalam bening matamu?"
Berlalu-lalang dalam kepala. Menyisakan gelisah, tanya, dan lamunan berat.
Tak hanya curiga, pikiran jahat dan prasangka menyerang dengan gencarnya. Namun yang dapat dilakukan hanya tetap percaya bahwa ada seseorang yang tengah berjuang pula di suatu tempat sana.  

Merajut kenangan, menjadi sweater penghangat pikiran.
Karena tidak pernah mengecewakan untuk percaya pada tatapan sayu. Janjinya tak pernah layu atau terbang bersama bayu.

Namun entah, mengapa bertambah dewasa tidak membuat perpisahan demi perpisahan yang dialami terasa lebih ringan dan menyenangkan? Mereka yang meninggalkan akan pergi dan sibuk untuk beradaptasi kembali, sedang mereka yang ditinggalkan akan sibuk menata lagi hari dengan kenangan-kenangan yang berserakkan di setiap sudut ruang.
Bagaimana hidup bersamamu setiap hari menyisakan rindu yang tak pernah tersalur. Sebab kamu tak nyata dalam pandang. Hanya kenangan yang kau tinggalkan.

Tapi tak apa, setiap senti waktu adalah berharga. Setiap lembar harapan serta nama yang kulipat dan larung dalam doa adalah kekuatan untuk melangkah ke depan.
Mari menunggu waktu memulai pertunjukkan yang kita siapkan. Mari berjuang. Mari berusaha.
Aku menanti di tepi hamparan pasir yang menunggu kita jejaki.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar