Rabu, 29 Oktober 2014

Jika esok dimulai tanpaku dan aku tidak ada di sana tuk lihat senyummu.
Lalu mimpiku yang ingin kuyakini kini menjadi impi kita ikut hanyut, dilarung ke laut bersama abu juga daya hidupku. Dan yang perlu kau dengar, mimpiku tentang hidup:

Jendela bujur sangkar, jendela tentang hati, dunia, dan kebahagiaan.
Jendela lewatnya waktu dan masa yang terus berganti usia.
Tentang kamu yang berkendara pergi lalu kembali.
Kita melewati itu tiap hari.
Menyaksikan langit dan daun yang warnanya terus berganti.
Baik saat mencumbu pagi atau ketika memeluk bulan di akhir hari.
Dari situ aku memakukan tatap padamu tiap pagi,
bersiap pergi menantang kertas dan alat tulis.
Adalah punggungmu yang serupa luasan kasih tak ternilai,
dengan seribu ungkap hati yang terus kuseru sepanjang hidup.

Suatu nanti, aku akan mengaduk pagi dalam cangkir,
saat itu beristirahatlah untuk berpikir,
dan teguk pelan-pelan senja hingga detik berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar