Jumat, 19 September 2014

Dalam petang, akhir hari yang panjang, pekat malam menelan sebagian kesadaran, melanturkan kamu dalam tiap helaan nafas. Kamu menyentuh seluruh inderaku, mengaburkan pandang dengan tawaran esok yang gembira, menyelimuti kulit yang mulai tebal rasa, menabur semerbak semi khas jatuh cinta, memetik senar yang lupa pernah bergetar. ahh juga mencicipkan manis kecup bibir bulan dalam kamboja malam.

Akhir-akhir ini kamu senang sekali hadir di atas bantal. Mengintip mimpi lewat ingatanku tentang senyum bibir tipis itu. Tak bosan lewat di mana-mana, walau sudah kutitipkan dalam puisi, gambar, atau doa, kamu tetap tak mau pindah dari sini, mengisi hati dan kepala.

Kasih, aku ingin menempuh esok yang mulus. Rata, tanpa lubang di dada.
Jadi tetaplah di sini, jangan biarkan hariku berlubang dengan langkahmu yang menjauh pergi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar